Ust. Zaki: Nuzul Qur’an, Jangan Buat Nabi Muhammad Saw. Seperti Tukang Pos

Avatar
Herman
8 Apr 2023 18:52
3 menit membaca

Atalaric.id – Malam 17 Ramadhan merupakan malam yang dinantikan umat muslim seantero, malam nuzul quran merupakan malam turunnya Al Quran, karena di bulan suci ramadhan ini umat muslim di anjurkan untuk membaca Al Quran.

Ust. H. Ahmad Zaki, Lc, MA menjelaskan bahwa momen Nuzul Qur’an mengingatkan kepada kita bahwa betapa penting peran Nabi Muhammad Saw. sebagai sosok yang menerima Al-Qur’an. Hal tersebut disampaikan beliau dalam ceramahnya pada acara peringatan Nuzul Qur’an yang bertempat di Surau Al-Ikhlas di Sumber Sari 1444 H, Jum’at (7/4/2023).

Nuzul Quran merupakan peristiwa di mana Al-Qur’an pertama kali diturunkan.

Sementara proses turunnya Al-Qur’an terbagi kepada dua fase, sebagaimana diungkapkan oleh Ust. Zaki. Fase pertama dari Lauhil Mahfuz ke langit dunia (Baitul Izzah) secara keseluruhan, yang menurut para ulama tafsir sperti Imam At-Thabari terjadi pada malam Lailatul Qadar. Kedua, diturunkan dari langit dunia ke bumi tepatnya kepada Nabi Muhammad Saw. secara bertahap, dan fase kedua ini terjadi pertama kali turunnya pada 17 Ramadhan sebagaimana di jelaskan oleh Syekh Ali Asshabuni ungkap Ust. Zaki.

Diperjelas oleh Ust. Zaki mengapa Nabi Muhammad Saw. sosok penting dalam peristiwa Nuzul Qur’an tersebut, karena faktanya Allah menekankan dalam Surah Al-Hasyr Ayat 21, bahwa beliau (Nabi Muhammad) lah yang mampu untuk menerimanya, dengan perumpamaan jika diturunkan ke gunung sebagai simbol terkuat bumi niacaya akan hancur lebur. Bahkan kepada para Nabi dan wali sekali pun yang merupakan simbol pasak terkuat ketaqwaanya dikalangan manusia niscaya mereka pun tidak akan sanggup menerimanya, kecuali Nabi Muhammad Saw.

Acara diikuti dengan khidmat oleh para jamaah shalat isya dan taraweh di Suaru Al-Iklas. Ust. Zaki pun menjelaskan bahwa peristiwa Nuzul Qur’an bukan hanya sekedar mengingat tanggal turunnya, akan tetapi yang jauh lebih penting mengingat tujuan diturunkannya yaitu sebagai petunjuk bagi orang bertaqwa sebagaimana terdapat dalam surah Al-Baqarah Ayat 2.

Adapun ciri orang bertaqwa yang mendapat pentunjuk Al-Qur’an tersebut dijelaskan pada ayat berikutnya: (1). Beriman kepada yang ghaib, dalam hal ini sederhananya rukun iman yang enam, (2). Mendirikan Shalat, dalam pengertian yang lebih luas tidak cukup modal beriman saja, tapi harus ada amal ibadah yang dilakukan, (3). Berinfaq, yang merupakan simbol dari kepedulian sosial di masyarakat.

Kesimpulannya, jika ingin menjadi hamba yang bertaqwa mendapatkan petunjuk Al-Qur’an maka harus tercermin dari Iman, Amal Shaleh dan hubungan sosial masyarakat yang baik. Itu semua tentunya tidak akan bisa dicapai apabila kita menganggap Nabi Muhammad Saw. hanya sebagai tukang pos yang sudah tidak ada hubungan lagi antara kita dengan beliau lantaran Al-Qur’an sudah sampai dengan sempurna dan beliau sudah tidak ada. (Cibel)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *