Jemput Gagasan Para Pasangan Calon Bupati Tebo melalui Sarasehan Kebudayaan dan Masyarakat Adat

Avatar
Pandawa
21 Sep 2024 16:40
5 menit membaca

Tebo – KKI WARSI gandeng komunitas KolaborAksi Tebo selenggarakan kegiatan Sarasehan Kebudayaan bersama para pasangan Calon Bupati Tebo periode 2025-2030 dengan Tema “Pemajuan Kebudayaan dan Masyarakat Adat dalam kebijakan Pembangunan yang inklusif dan Berkelanjutan”. Kegiatan ini diselenggarakan atas dukungan Program ESTUNGKARA Kemitraan dan INKLUSI. Diseleggarakan pada Sabtu, 21 September 2024 di Hotel Alya Muara Tebo, dihadiri oleh OPD Tebo, Ormas, OKP, Organisasi Kemahasiswaan, Mahasiswa, media, Tokoh Adat, dan perwakilan Masyarakat Adat dari Orang Rimba dan Talang Mamak.

Oni Suryono yang biasa disapa Kang Oni selaku Ketua KolaborAKsi Tebo, menyampaikan sambutannya sebagai ketua panitia acara, bahwa Agenda sarasehan ini diselenggarakan dengan maksud untuk memperkuat diskursus kebudayaan dan masyarakat Adat dalam proses pemilu kada di kabupaten Tebo dengan harapan para Calon Bupati dapat memberikan perhatian dalam programnya nanti terkait isu-isu kebudayaan dan masyarakat adat, jelasnya dalam sambutan.

Lebih lanjut Kang Oni menjelaskan bahwa Forum ini bukan untuk berdebat, tapi lebih untuk menggali gagasan para calon Bupati Tebo tentang isu kebudayaan dan masyarakat adat dalam pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan.

Acara sarasehan ini dibuka langsung oleh Ade Candra selaku Pimpinan KKI WARSI, dalam sambutannya ade menyampaikan bahwa kabupaten Tebo di pilih untuk kegiatan ini karena Tebo adalah kota bersejarah dan masyarakat adat di tebo cukup banyak namun belum diperkuat secara kebijakan, terlebih bagi masyarakat Adat marginal seperti Orang Rimba dan Talang Mamak yang hingga kini masih termarginalkan dalam proses-proses pembangunan, sebut Ade Candra pula dalam sambutannya.

Kami berharap sarasehan kebudayaan dan masyarakat adat ini menjadi momen untuk jemput Gagasan para pasangan calon Bupati di Kabupaten Tebo, tambahnya.
Sarashen kebudayaan dan masyarakat Adat ini dihadiri oleh Nazar Efendi calon wakil bupati yang berpasangan dengan Agus Rubiyanto selaku calon Bupati, Sementara dari kandidat lainnya dihadiri langsung oleh Calon Bupati H.Aspan, Keduanya didampingi oleh narasumber lain dari Tokoh Adat Tebo dan dari KKI WARSI yang menyampaikan pengalamannya dalam pendampingan masyarakat Adat talang Mamak dan Orang Rimba pada Landscape bukit Tiga Puluh.

Haryanto, narasumber dari KKI Warsi menekankan pentingnya keberpihakan pada masyarakat adat dengan mendorong pendekatan inklusi sosial terhadap masyarakat adat untuk mewujudkan pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan. “Pada setiap moment upacara 17 agustus, para pejabat negara selalu menggunakan pakaian adat sebagai identitas kebanggaan bangsa ini, namun realitanya hanya sekedar pakaian yang diperhatikan pada moment tertentu, sementara jika ada persoalan penggusuran lahan masyarakat adat oleh korporasi pemerintah cenderung abai, ujarnya.

“Kita berharap calon pemimpin di Kabupaten Tebo dapat mengembangkan visi dan misi yang sejalan dengan aspirasi masyarakat dan dapat merumuskan strategi yang mendukung penguatan budaya lokal serta pelibatan masyarakat adat dalam pembangunan yang inklusif di Kabupaten Tebo, ” Lanjut Haryanto, selaku Project Officer KKI Warsi, lembaga yang aktif melakukan pendampingan terhadap masyarakat adat di Kecamatan Sumay Kabupaten Tebo.

Dikatakannya, Kabupaten Tebo, kekayaan budaya lokal dan warisan masyarakat adat memiliki potensi untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif. Namun demikian Masyarakat adat kurang menjadi perhatian dalam pembangunan sehingga masyarakat adat kerap terpinggirkan atau belum terpenuhinya hak-hak mereka. “Masyarakat adat, sejatinya harus dilibatkan sebagai subjek dalam proses-proses pembangunan karena dengan kearifan tradisionalnya mereka hidup dengan tetap menjaga keseimbangan lingkungan dan sosialnya,” katanya.

Menurutnya, kebijakan pembangunan di Kabupaten Tebo agar dapat lebih inklusif, dengan tetap memperhatikan keberlanjutan lingkungan dan kearifan lokal. Hal ini penting dilakukan mengingat kabupaten Tebo adalah salah satu konsentrasi masyarakat adat marginal yaitu Orang Rimba dan Talang Mamak. Kedua suku ini menjadi bagian dari masyarakat Tebo, namun masih belum sepenuhnya mendapatkan tempat untuk tumbuh dan berkembang. Hal ini dikarenakan suku ini sebelumnya dikenal sebagai masyarakat yang menggantungkan kehidupannya pada hutan. Namun kini mereka tidak lagi bisa menjalankan kehidupannya yang bergantung pada hutan karena terjadi perubahan yang sangat signifikan pada hutan mereka. Untuk itu penting adanya jangkauan pembangunan yang menyentuh kehidupan masyarakat adat ini, serta adanya kebijakan untuk melindungi ruang hidup suku-suku ini.

Tokoh adat Tebo, Marizal ikut memberikan pendapat terhadap pelstarian adat dan kebudayaan
“Pelestarian adat dan kebudayaan tugas bersama, dibutuhkan peran penting kebijakan dalam pelestarian budaya dan alam. Saat ini tidak bisa dipungkiri kerusakan alam telah mulai terjadi, sehingga sumber daya alam yang dulunya melimpah kini semakin tipis. Ia mencontohkan tentang ikan, tidak bisa lagi bisa menentukan ikan yang ada di sungai karena populasinya yang jauh turun, disebabkan rusaknya ekosistem sungai, Kita berharap, siapapun yang terpilih nanti bisa menselaraskan alam, tidak sampai 100 persen tidak apa, 70 persenpun jadilah,” papar Masrizal.

Nazar Effendi Calon wakil bupati Tebo menyampaikan pembangunan inklusi dan pelibatan seluruh elemen masyarakat menjadi visi pembangunan Tebo ke depan.
“Pembangunan inklusif menjadi misi kita sebagai upaya untuk memastikan pembangunan tidak hanya fokus pada pertumbuhan ekonomi tapi juga memperhatikan bagaimana nilai kebudayaan juga ikut tumbuh, termasuk masyarakat adat yang memiliki pengetahuan tradisional terhadap kearifan lokal, sekaligus menjadi benteng terakhir menjaga keseimbangan lingkungan, tidak sebatas lingkungan, semua aspek wajib menjadi perhatian jangan tebang pilih” Ungkap Nazar menjelaskan.

Nazar menyoroti empat aspek yang harus dilakukan untuk penguatan kebudayaan dan masyarakat adat, pertama, perlu adanya pengakuan dan perlindungan hukum terhadap hak-hak masyarakat adat. Kedua, pendidikan berbasis budaya harus diperkuat dengan memasukkan materi tentang kebudayaan daerah dan bahasa lokal dalam kurikulum sekolah. ketiga, program-program pemberdayaan ekonomi bagi masyarakat adat harus diperbanyak untuk meningkatkan kesejahteraan mereka tanpa merusak budaya yang ada. keempat, promosi dan pelestarian budaya melalui festival, pameran, dan media sosial dapat membantu meningkatkan kesadaran masyarakat luas tentang pentingnya kebudayaan dan masyarakat adat.

Sementara itu Cabub Tebo Aspan, menyebutkan pembangunan inklusi menjadi perhatiannya. Bahkan sejak menjadi PJ Bupati Tebo, konsen untuk memperhatikan masyarakat adat.

“Kita mengupayakan pembangunan untuk Talang Mamak, tanpa kita bedakan dengan suku lainnya, semuanya harus kita sentuh,” kata Aspan.
Dalam diskusi ini, Aspan mengaku siap menampung hasil diskusi untuk penyempurnaan visi misinya. Kami siap menunggu hasil resume diskusi hari ini untuk penyempurnaan visi misi program kami; lanjut Aspan.